Bonjour Babys!—Setelah sebelumny ada Cantik Itu Luka, aku kembali membawa karya nyentrik penulis kondang Eka Kurniawan yaitu Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas! Dan belum lama ini juga, film yang diangkat dari buku ini berhasil mendapatkan penghargaan tertinggi di Locarno International Film Festival loh Babys!
Buku fiksi Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas ini terbit pada 2014 lalu. Dan seperti gaya Eka Kurniawan dalam menulis buku, buku ini juga menggunakan sastra tanpa batasan norma apapun dalam penggunaan kalimatnya—brutal, nyentrik, vulgar, namun penuh makna.
Dalam sinopsisnya, tertulis:
Di puncak rezim yang penuh kekerasan, kisah ini bermula dari satu peristiwa: dua orang polisi memerkosa seorang perempuan gila, dan dua bocah melihatnya melalui lubang di jendela. Dan seekor burung memutuskan untuk tidur panjang. Di tengah kehidupan yang keras dan brutal, si burung tidur merupakan alegori tentang kehidupan yang tenang dan damai, meskipun semua orang berusaha membangunkannya.
Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas menceritakan tentang seorang pemuda bernama Ajo Kawir, yang mengalami hal yang sangat membuatnya trauma hingga mengalami kejadian paling tragis baginya sebagai laki-laki—impoten. Bermula dari kejadian konyol namun paling tak terduga di masa remajanya, yang kala itu ia diajak teman karibnya Tokek untuk mengintip seorang perempuan gila bernama Rona Merah. Dan menjadi kejadian yang paling disesalinya karena disaat itu pula burung-nya memilih untuk tidur panjang dan tidak pernah bangun lagi.
Perjalanan Ajo Kawir dalam mencari makna kehidupan bermula, ia telah melakukan segala cara untuk mengobati apa yang dideritanya mulai dari dengan hal yang masuk akal hingga paling tidak masuk akal, namun naas burung itu masih tidak mau bangun. Ia pun akhirnya tumbuh menjadi pemuda brutal yang akan emnghajar siapapun yang ia mau.
Dilema pertamanya dimulai ketika bertemu dengan Iteung, sebegitu putus asanya Ajo Kawir hingga ketika Iteung hadir dalam hidupnya, ia berpikir tak akan ada yang bisa ia berikan sebagai laki-laki untuk memenuhi kebutuhan lahiriah Iteung. Walaupun mereka berakhir menikah dan Ajo Kawir mulai menerima kondisi dirinya, ia memutuskan untuk berpisah dan berpetualang mencari makna hidup sebagai seorang supir truck—bertemu berbagai macam orang dan peristiwa tentang ambisi kehidupan. Harta, judi, wanita, dan beragam kejadian lainnya.
Dari segala peristiwa tersebut, mengantarkan Ajo Kawir untuk bertemu pada titik kepasrahan dalam menerima sebuah arti kehidupan. Di titik ini Eka Kurniawan menyelipkan ilmu filsafatnya dan ingin menyampaikan pesan dan gagasan bahwa pada akhirnya manusia dengan segala kompleksitas kehidupannya, akan menerima semua hal dan keadaan bahkan yang paling absurd sekalipun. Keadaan yang penuh kontradiksi antara rasional dengan irasional, antara ambisi dan keputusasaan, namun nalar tidak pernah berhenti.
Wah, kelihatannya seru banget ya Babys? Sebuah buku yang mengangkat isu sosial kehidupan namun dikemas dengan berbagai adegan aksi dan komedi yang tragis. Gimana nih, tertarik untuk membacanya?
Selamat membaca,
Semoga bermanfaat,
All regards and love, see you when I see you Babys!